Headlines News :
Home » , , » Pengrajin Sapu Ijuk Keluhkan Harga Penjualan yang Rendah

Pengrajin Sapu Ijuk Keluhkan Harga Penjualan yang Rendah

Written By aulia suhaiminur on Friday 8 August 2014 | 04:54

Sofiatun pengrajin  ijuk dari Sedan sedang memproses pembuatan sapu ijuk


Sedan- Volume penjualan sapu ijuk pasca lebaran kembali meningkat setelah pada bulan Ramadhan lalu mengalami keanjlokan. Disinyalir anjloknya tersebut karena konsumen lebih memprioritaskan membeli kebutuhan lebaran, sehingga kebutuhan akan sapu ijuk pun terabaikan. Namun setelah lebaran kian laris kembali.
Meningkatnya volume penjualan ini tentu menambah semangat para pengrajin sapu ijuk untuk mengais keuntungan dengan meningkatkan produksi. Sofiatun misalnya, salah satu pengrajin sapu ijuk yang tinggal di desa Kenongo kecamatan Sedan ini mulai antusias memproduksi sapu ijuk. 
Ia mengaku bersemangat  karena selain penjualan yang meningkat juga terdesak kebutuhan pasca lebaran juga meningkat, karena bulan Syawal ini ia menerima banyak undangan acara pernikahan. 
Sofiatun menambahkan, keuntungan bersih yang bisa Ia peroleh perhari dari memproduksi sapu 30 ribu hingga  50 ribu rupiah. Angka ini tentu masih tergolong rendah mengingat kebutuhan sehari-hari yang begitu beraneka ragam. Sementara untuk menutup kekurangan tersebut, suami Sofiatun menambah penghasilan dengan kerja serabutan sebagai kuli bangunan.
Modal yang diperlukan untuk membuat sapu ijuk tergolong murah, yakni 30 ribu untuk ±100 butir sabut kelapa yang bisa menghasilkan 100-200 sapu. Sementara untuk batang kayunya terkadang mereka mencari kayu sendiri di hutan, atau kadang membeli dengan harga 200 rupiah/batang. Sedangkan harga jual sapu perbatang 3000 s/d 6000 rupiah.
Namun demikian banyak pengrajin sapu yang mengeluhkan terkait harga sapu yang tergolong rendah. Hal ini karena selama ini mereka menjualnya sendiri ke pasar, dan tak jarang ketika mereka sudah lelah maka akan menjual sapu yang tersisa dengan harga berapapun asal ketika pulang sapu habis terjual. Hal ini mendorong angan-angan  mereka jika  ada koperasi yang membantu pemasaran hasil produksi mereka tentu berharap harga jual sapu akan lebih terdongkrak. 
Para pengrajin sapu ijuk di desa Kenongo masih mengerjakan proses produksi dengan cara manual. Meskipun beberapa tahun lalu pemerintah setempat sudah memperkenalkan teknologi untuk membantu proses produksi sapu ijuk, namun hasil yang diperoleh tidak sebagus apabila dikerjakan secara manual. Maka para pengrajin kembali memproduksi sapu dengan cara manual.(ita )


Sumber: CBFM
Share this post :

+ comments + 1 comments

5 December 2015 at 21:35

saya deni pembuat gagang sapu di sumatera utara, silakan cek vidio pabrik saya . hub saya 081919912611 / 085275778974
https://www.youtube.com/watch?v=xCwOkNtj5Hw
https://www.youtube.com/watch?v=ai_pNv4NkCg
https://www.youtube.com/watch?v=EhsFa0kbmXQ
https://www.youtube.com/watch?v=tIn9_-qjTpo

http://dowel-indonesia.indonetwork.co.id/

Post a Comment